Banyak kakawin yang ditulis dan mencoba memotret Majapahit,
salah satunya adalah Nagarakretagama. Kakawin yang ditulis oleh Empu Prapanca ini merupakan
kitab yang menguraikan keadaan Majapahit; mulai awal berdirin, sistem pemerintahan, kebudayaan, dan hubungan antarpusat kerajaan maupun dengan luar negeri diceritakan dalam
kitab ini.
Nagarakretagama terdiri atas 98 pupuh. Dilihat dari sudut isinya, pembagian pupuh itu dilakukan dengan sangat rapi. Pupuh satu hingga tujuh menguraikan raja dan keluarganya. Pupuh tujuh sampai 16 menguraikan kota dan wilayah majapahit. Pupuh 17 sampai 39
menguraikan perjalanan keliling Lumajang. Pupuh 40 sampai 49 menguraikan
silsilah Raja Hayam Wuruk. Lima pupuh yang pertama, yakni pupuh 40 sampai 44
tentang raja-raja Singasari, pupuh 45 sampai 49 tentang sejarah raja-raja Majapahit
dari Kertajasa Jayawardhana sampai Hayam Wuruk. Tepat pada pupuh itu, uraian
dang Acarya Ratnamsa berhenti.
Bagian kedua terdiri atas 49 pupuh. Pupuh 50 hinggai 54 menguraikan raja berburu di hutan Nandawa. Pupuh 55 hingga 59 menguraikan perjalanan pulang ke Majapahit. Pupuh 60 menguraikan
oleh-oleh (cendera mata) yang dibawa pulang dari pelbagai daerah yang
dikunjungi. Pupuh 61 hingga pupuh 70 menguraikan perhatian raja Hayam wuruk
kepada leluhurnya berupa ziarah ke makam dan pesta srada. Bagian itu
disambung dengan 2 pupuh tentang kematian patih Gajah Mada, yakni pupuh 71 dan
72. Mulai dengan pupuh 73 sampai pupuh 82 menguraikan tentang bangunan-bangunan
suci yang terdapat di Jawa dan Bali. Dari pupuh 83 sampai 91 terdapat uraian
tentang upacara berkala yang berulang kembali setiap tahun, yakni musyawarah,
kirap, pesta tahunan. Pupuh 92 sampai 94 tentang pujian para pujangga, termasuk
pujangga Prapanca. Pupuh 95 sampai 98 khusus memguraikan nasib pujangga Prapanca,
penulis Nagarakretagama.
Melalui buku Tafsir
Sejarah Nagarakretagama Slamet Muljana mengupas dan menganalisis Nagarakretagama yang selama ini menjadi
rujukan tentang sejarah Majapahit. Buku ini melacak secara kronologis penemuan
naskah Nagarakretagama. Tujuan tafsir
ini tidak lain bukanlah bentuk pelarian
ke masa silam untuk menghindari masa sekarang, melainkan lebih cenderung
untuk menemukan kembali senjata ampuh yang dapat digunakan untuk membentuk
kembali karakter-karakter bangsa ke depannya. Apalagi, masa lalu bangsa ini
bukanlah bangsa primitif yang sama sekali tidak mengenal dunia tulis-menulis
maupun teknologi.
Hemat saya, bagian penting dan mempunyai dari buku ini
yang relevansi dengan realita kehidupan berbangsa saat ini terletak pada bab 7. Sebab, pada urain bab ini seringkali yang
terlewat dan jarang disampaikan pada pendidikan sejarah di sekolah-sekolah. Bab
7 sendiri,dalam buku ini, berisi tentang Perundang-Undangan Majapahit.
Prof. Djokosutomo pernah menyesal demikian, “Seandainya peraturan–peraturan Majapahit, yang diterapkan oleh Gajah Mada,
tercatat dan catatan itu samapi kepada kita, maka kita sudah mempunyai dasar
hukum nasional. Tidak seperti sekarang ini!”
Pertanyaannya, apakah memang benar Majapahit mempunyai kitab
undang-undang? Jika memang ada, apa namanya? Ataukah peradilan yang dijalankan
pada waktu itu hanya menuruti naluri raja? Sebagai kerajaan yang besar, sudah
selayaknya mempunyai peraturan yang mengatur kehidupan tata negara.
Nagarakretagama pupuh 73 memberitakan bahwa dalam soal pengadilan, Dyah Hayam
Wuruk tidak bertindak serampangan, tetapi patuh mengikuti undang-undang,
sehingga adil segala keputusan yang diambilnya, membuat puas semua pihak.
Kitab Perundang-undangan Agama atau Kutaramanawadharmasastra
adalah kitab undang-udang hukum pidana (jenayah), namun di samping
undang-undang hukum pidana terdapat juga undang-undang hukum perdata. Bab-bab
seperti jual beli, pembagian warisan, perkawinan, dan perceraian adalah hukum
perdata. Hal ini membuktikan bahwa hukum-hukum yang kini populer sebenarnya
sudah ada sejak dahulu, bukan barang impor atau warisan dari kolonial maupun
dari perkembangan agama-agama yang baru masuk di nusantara.
Buku
ini menarik untuk dicermati, sebab menyajikan hal-hal baru mengenai lika-liku
sejarah Nusantara,
khususnya Majapahit
yang merupakan kerajaan yang memadukan corak
negara maritim dan agraris sesuai dengan keadaan geogafis Indonesia.
Selain itu, buku ini setidaknya menjadi dokumentasi tentang sejarah-sejarah
kejayaan Majapahit yang dapat kita gali untuk membangkitkan semangat
nasionalisme.
Judul buku : Tafsir Sejarah Nagarakretagama
Penulis : Prof. Dr. Slamet Muljana
Penerbit : LkiS Yogyakarta
Tahun terbit : cetakan 1, 2011 (cetakan khusus komunitas)
Tebal : xiv + 456 halaman
ISBN :
979-25-5254-5
ISBN
13 : 978-979-2552-546Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon