Seks dan Hijab


Ketika melihat buku ini di rak buku, aku jadi teringat dengan istilah-istilah yang kini marak di beragam media sosial: jilboob, jilbab sexi, hentai hijab, dan lainnya. Di media sosial, seakan sudah tidak ada lagi batas: semua tampil vulgar, apa adanya, dan ada apanya. Entah yang berjilbab atau tidak, mereka mulai menampakkan diri: ini “anuku”

Apakah aku miris? Ya, terkadang aku merasa begitu. Terkadang pula tidak. Aku ingin tahu, ingin menyelusuri puncak dari ekshibisionisme mereka. Dan, konklusiku hanya satu: “anu” itu, ya, cuma begitu. Tak lebih. Baik yang berhijab atau tidak, kulit putih atau setengah “debok bosok”, “anu” tetaplah segumpal daging yang dibentuk begitu sederhana oleh Tuhan, kemudian Dia menindihnya dengan nafsu segede gunung.

Lantas, kenapa orang semakin penasaran tentang “anu” lawan? Bayangan! Ya, bayangan, fantasi-fantasi. Padahal, puncak fantasi itu hanya beberapa detik.

Yang menohok adalah kenapa yang berhijab juga ikut-ikutan menampilkan ke”anu”annya, urun “liar”?

Sebenarnya, liar atau tidaknya seseorang tidak tergantung atribut, tetapi hati. Sayangnya, kalau sudah bicara masalah jilbab, bayangan kita langsung menyasar pada satu agama tertentu. Padahal, siapa pun bisa memaki jilbab, bahkan tanpa harus beragama. Aku pernah menulis “jilbab itu milik siapa” yang dilatari oleh keawamanku membaca jilbab, tentang gadis-gadis berjilbab yang keluyuran malam-malam; berboncengan mesra. Saking mangkelnya, di akhir tulisan itu, aku menulis dengan nada nyinyir: kelak, jilbab hanya sebatas mode, seperti kutang yang siapa saja bisa memakainya.

Kini, buku Seks dan Hijab menusuk perasaanku lagi. Sebab, dua kata itu saling bertentangan, tidak selevel. Namun, apakah salah? Bukankah seks sesuatu yang alamiah? Ya, memang demikian. Namun, bagaimanapun juga, bagiku, seks tetap wilayah tabu, yang hanya boleh diklesak-klesikkan di dalam kamar, antara “aku dan kamu”.

Akan tetapi, buku ini, memang buku reportase. Buku yang mengbarkan tentang intimitas perempuan-perempuan tanah Arab. Yang dicari buku ini bukanlah salah atau benar di dunia Arab. Ia hanya mengisahkan apa yang benar-benar terjadi di Arab, dan, kalaupun Anda tidak setuju dengan buku ini, Anda tidak usah menghujatnya. Yang Anda perlukan adalah berbenah diri, menghijbakan hati dan perilaku, serta menarik seks ke relung-relung sunyi. Dan, bagiku, buku ini adalah slilit yang harus aku tuntaskan.
Previous
Next Post »